Selasa, Desember 17, 2013
Unknown
No comments
Edisi Mengenal Tokoh NU
♡ Mbah Subkhi, Kiai Bambu
Runcing ♡
KH Syaifuddin Zuhri mengisahkan: “Berbondong-bondong
barisan-barisan Lasykar dan TKR menuju ke Parakan, sebuah kota kawedanan di
kaki dua gunung penganten sundoro Sumbing..... Diantaranya yang paling terkenal
adalah Hizbullah di bawah pimpinan Zainul Arifin, Barisan Sabilillah di bawah
pimpinan KH Masykur.
“Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia” di bawah
pimpinan Bung Tomo, “Barisan Banteng” di bawah pimpinan dr. Muwardi, Lasykar
Rakyat dibawah pimpinan Ir. Sakirman, “Laskar Pesindo” dibawah pimpinan Krissubbanu
dan masih banyak lagi. Sudah beberapa hari ini baik TKR maupun badan-badan
kelasykaran berbondong-bondong menuju ke Parakan……”.
KH Saefudin Zuhri, mantan Menteri agama itu
mengantar sendiri KH.A.Wahid Hasyim,KH.Zainul Arifin dan beberapa petinggi negara
untuk datang ke Parakan. Mengapa ke Parakan?
Parakan terkenal dengan kota bambu runcingnya yang
ampuh. Bambu runcing adalah sebatang bambu berkisar panjangnya kurang lebih dua
meter yang dibuat runcing pada salah satu ujung atau kedua ujungnya. Peralatan
yang sederhana ini, ternyata pada masa perang kemerdekaan telah menjadi senjata
massal yang pakai rakyat dalam melawan penjajah.
Bambu Runcing pada masa Jepang juga sudah di
gunakan. Menurut sumber sejarah pada masa Jepang mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk para anak-anak, remaja dan pemuda dalam Senendan, senjata yang di pakai
untuk latihan antara lain senjata bambu runcing.
Namun sebelum bambu runcing digunakan, para santri
dan pejuang terlebih dahulu meminta berkah doa dari kiai di Parakan, terutama
kiai Subkhi. Tidak banyak cerita mengenai doa apa yang di bacakan oleh Kiai
Subkhi. Namun bambu runcing Parakan menjadi senjata utama sebelum para pejuang
berhasil merampas senjata milik tentara penjajah.
Dan ketika sudah ribuan pejuang yang datang ke
Parakan menemui Kiai Subkhi utuk mencium jemari tangannya dan meminta do’a,
Kiai Subkhi malah bertanya “mengapa tidak datang kepada Kiai Dalhar,Kiai
Hasbullah dan Kiai Siraj?”
Mbah Subkhi, putra salah anggota pasukan Diponegoro
yang kemudian berjuang dan menetap di daerah Parakanadalah kiai yang sangat
sederhana dan rendah hati. KH.Saifudin Zuhri dalam bukunya berangkat dari
Pesantren bercerita, “KH Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin dan KH Masykur pernah
juga mengunjunginya. Dalam pertemuan itu, KH Subeki menangis karena banyak yang
meminta doanya. Ia merasa tidak layak dengan maqam itu.“
Mendapati pernyataan ini, tergetarlah hati panglima
Hizbullah, KH Zainul Arifin, akan keikhlasan sang kiai. Tapi, kiai Wahid Hasyim
menguatkan hati Kiai Bamburuncing itu, dan mangatakan bahwa apa yang
dilakukannnya sudah benar.”
sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=605965022772797&set=gm.653218274729328&type=1&theater
Posted in: Tokoh NU
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar