Oleh: Nashihuddin Asy'ary
Masjid Tiban Babussalam, Saksi Perjuangan Syech Maulana Ishaq
Probolinggo, NU Online
Sejarah Masjid Tiban selalu menjadi cerita menarik yang ada di tengah
masyarakat, begitu juga dengan Masjid Jamik Tiban Babussalam yang berada
di Kota Probolinggo.
Masjid yang pernah menjadi tempat
persinggahan Syech Maulana Ishaq ini konon berdiri dengan megah secara
tiba-tiba. Bukan hanya itu, air sumur di area masjid inipun dipercaya
membawa berkah untuk kesembuhan penyakit.
Masjid Jamik Tiban
Babussalam yang terletak di Jalan Raya Soekarno Hatta Kota Probolinggo
ini berada di dekat jalur kereta api. Jadi setiap pengunjung yang dating
harus ekstra hati-hati karena melintasi rel kereta api.
Kalau
ditarik garis horisontal mendatar, Masjid Jamik Tiban Babussalam
terlihat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di depannya. Ini
konon disebabkan tanah yang menopang Masjid Jamik Tiban Babussalam
awalnya pantai yang lama-lama menjadi daratan.
Masjid Jamik
Tiban Babussalam yang berada di bawah akhirnya tertutup rerimbunanhutan.
Ketika warga yang membuka hutan kemudian menemukan masjid ini dan
memberi nama Masjid Tiban. Masjid Tiban di Kota Probolinggo adalah
sebuah masjid yang ukurannya tidak terlalu besar. Atap masjid berbentuk
prisma dengan ketinggian sekitar 8 meter di atas pemukaan tanah.
Sedangkan luasnya hanya sekitar 10 kali 10 meter persegi. Sementara atap
masjid disanggah dengan empat kayu jati yang usianya sudah mencapai
ratusan tahun.
Menurut cerita masyarakat setempat, masjid tiban
dibangun oleh pengikut Syech Maulana Ishaq atau Sunan Giri pada abad ke
14 Masehi. Pembangunan masjid ini dilakukan untuk mengenang perjalanan
Syech Maulana Ishaq yang juga salah satu walidari sembilan wali dalam
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa ini.
Di belakang masjid
terdapat petilasan Syech Maulana Ishaq yang hingga kini sering menjadi
tempat orang memanjatkan doa. Di halaman belakang ini pula terdapat batu
yang menjadi altar bagi Syech Maulana Ishaq saat berdakwah kepada
pengikutnya.
Tidak jauh dari batu besar juga terdapat sumur tua
yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan beragam penyakit. Sehingga
tidak sedikit warga setempat maupun dari luar jawa yang datang untuk
mendapatkan khasiat air ini.
Waktu pun berlalu, Masjid Tiban
kemudian mengalami perkembangan. Tidak hanya memiliki luas seperti awal
mulanya. Bagian masjid tiban kini diperluas hingga sekitar 900 meter
persegi. Perluasan dan perbaikan masjid tiban ini dilakukan pada tahun
1993 silam.
Masjid Tiban kini tampak lebih megah. Sejak itulah
masjid tiban diberi nama Masjid Jamik Tiban Babussalam, artinya pintu
menuju keselamatan dan keridhoan Allah SWT yang seringkali dijadikan
tempat beristirahat seraya memanjatkan do’a oleh para warga ketika
sedang melintasi daerah setempat.
Sumber: http://www.facebook.com/groups/channelnahdliyin/permalink/475183922532765/
Posted in: Tokoh NU
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Probolinggo, NU Online
Sejarah Masjid Tiban selalu menjadi cerita menarik yang ada di tengah masyarakat, begitu juga dengan Masjid Jamik Tiban Babussalam yang berada di Kota Probolinggo.
Masjid yang pernah menjadi tempat persinggahan Syech Maulana Ishaq ini konon berdiri dengan megah secara tiba-tiba. Bukan hanya itu, air sumur di area masjid inipun dipercaya membawa berkah untuk kesembuhan penyakit.
Masjid Jamik Tiban Babussalam yang terletak di Jalan Raya Soekarno Hatta Kota Probolinggo ini berada di dekat jalur kereta api. Jadi setiap pengunjung yang dating harus ekstra hati-hati karena melintasi rel kereta api.
Kalau ditarik garis horisontal mendatar, Masjid Jamik Tiban Babussalam terlihat lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di depannya. Ini konon disebabkan tanah yang menopang Masjid Jamik Tiban Babussalam awalnya pantai yang lama-lama menjadi daratan.
Masjid Jamik Tiban Babussalam yang berada di bawah akhirnya tertutup rerimbunanhutan. Ketika warga yang membuka hutan kemudian menemukan masjid ini dan memberi nama Masjid Tiban. Masjid Tiban di Kota Probolinggo adalah sebuah masjid yang ukurannya tidak terlalu besar. Atap masjid berbentuk prisma dengan ketinggian sekitar 8 meter di atas pemukaan tanah. Sedangkan luasnya hanya sekitar 10 kali 10 meter persegi. Sementara atap masjid disanggah dengan empat kayu jati yang usianya sudah mencapai ratusan tahun.
Menurut cerita masyarakat setempat, masjid tiban dibangun oleh pengikut Syech Maulana Ishaq atau Sunan Giri pada abad ke 14 Masehi. Pembangunan masjid ini dilakukan untuk mengenang perjalanan Syech Maulana Ishaq yang juga salah satu walidari sembilan wali dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa ini.
Di belakang masjid terdapat petilasan Syech Maulana Ishaq yang hingga kini sering menjadi tempat orang memanjatkan doa. Di halaman belakang ini pula terdapat batu yang menjadi altar bagi Syech Maulana Ishaq saat berdakwah kepada pengikutnya.
Tidak jauh dari batu besar juga terdapat sumur tua yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan beragam penyakit. Sehingga tidak sedikit warga setempat maupun dari luar jawa yang datang untuk mendapatkan khasiat air ini.
Waktu pun berlalu, Masjid Tiban kemudian mengalami perkembangan. Tidak hanya memiliki luas seperti awal mulanya. Bagian masjid tiban kini diperluas hingga sekitar 900 meter persegi. Perluasan dan perbaikan masjid tiban ini dilakukan pada tahun 1993 silam.
Masjid Tiban kini tampak lebih megah. Sejak itulah masjid tiban diberi nama Masjid Jamik Tiban Babussalam, artinya pintu menuju keselamatan dan keridhoan Allah SWT yang seringkali dijadikan tempat beristirahat seraya memanjatkan do’a oleh para warga ketika sedang melintasi daerah setempat.
0 komentar:
Posting Komentar