Translate

Senin, 24 September 2012

MANTRA DALAM PANDANGAN ISLAM

Seri memahami tradisi Orang NU
----------------------------------------
MANTRA
======

Ikhtiar ayau usaha seseorang dalam mencari kesembuhan dari penyakitnya sangatlah bermacam-macam, dan yang jelas umat islam cuma diperbolehkan untuk berikhtiar secara medis disamping ikhtiar secara batin yaitu berdoa kepada Allah.
Sedangkan berdo’a kepada Allah caranya juga beraneka ragam, bisa berdoa sendiri, membaca al Qur’an yang ada tuntunannya dari Nabi atau mengadakan majelis dzikir.

Sangat sering orang yang dianggap mumpuni dalam ilmu agama seperti kyai diminta tolong untuk mengobati seseorang, lantas ia mengambil air putih dan dibacakan do’a dan air itu diibaratkan kapsul usaha lahir/medis, sedangkan do’a adalah usaha bathin. Inilah yang orang awam atau kurang memahami dinamakan dengan “ MANTRA “. Padahal sebenarnya do’a dan mantra sangatlah jauh berbeda.

Do’a sangatlah jelas sah dan diperbolehkan agama dan bersumber dari al Qur’an maupun al Hadits, akan tetapi mantra tidak dilandasi dengan ajaran agama jadi sangatlah jelas tidak diperkenankan.
Sangatlah tidak diperkenankan pula dalam islam jika do’a itu ditujukan untuk yang bertahta di pohon beringin besar, di perempatan jalan, di batu besar tepi jalan, di tengah pasar, apalagi di laut pantai selatan.

Berkenaan hal ini, orang NU punya dasar sebagai berikut :

1. Dalil Pertama

Adanya hadits-hadits dan pendapat ulama berkenaan dengan jampi-jampi lewat ayat al Qur’an, atau lewat asma Allah, atau lewat do’a-do’a yang ma’tsur (langsung dari Rasulullah) itu semua dibolehkan bila untuk tujuan baik.

(Khazinatul Asrar, hlm 66-67)

2. Dalil Kedua

Imam Malik menyampaikan dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari Aisyah: Rasulullah ketika meriang dia membaca “mu’awwidzatain” (al Falaq dan an Nas) kemudian ia hembuskan. Ketika meriangnya parah saya yang membacakan untuknya beberapa kali mu’awwidzat, lalu saya sapukan dengan tangannya ke tubuhnya dengan berharap berkahnya (HR Bukhari dari Abdullah bin Yusuf, dan Muslim dari Yahya bin Yahya, dan Abu Dawud dari Tana’aby, dan Nasa’I dari Qutaibah)

(Tafsir Ibnu Katsir, Juz IV, hlm 572)

3. Dalil Ketiga

Hadits yang disampaikan Ibnu Syibah dari Hudzaifah dan Abu Ubaidah: Rasulullah pernah mengukir di cincin masing-masing dengan kalimat “ Al Hamdulillah “ cincin Ali dengan “ Allah al Malik “ untuk Ibrahim Nakha’I dengan “ Billah “ untuk Masruq “ Bismillah “ untuk Abu Ja’far al Baqir “ Izzatu lillah “ untuk Hasan Husain. Artinya tidak ada larangan mengukir asma Allah di cincin.

(Fathul Bari Syarh Bukhari, Juz XII, hlm 337)

4. Dalil Keempat

Letakkanlah tanganmu di tempat yang terasa sakit kemudian bacalah “Bismillah” tiga kali dan bacalah “ A’udzubillahi wa qudrotihi min syarri ma ajidu wa uhadziru “
(HR Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dari Utsman bin Abi al Hashiyyi al Tsaqafi)

(Hadits Nabawi no 225, hlm 81)

5. Dalil Kelima

Letakkanlah tanganmu di tempat yang terasa sakit dan usaplah dengan membaca “ A;udzu bi’izzatillahi wa qudratihi min syarri ma ajidu “ sebanyak tujuh kali dimasing-masing usapan.


Wallahu a’lam bish shawab
Salam Lintang Songo

by, KH. Abdul Fatah

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India