Niat dalam ibadah sangatlah penting dan sentral, tanpa niat ibadah jelas tidak ada artinya. Niat adalah menyengaja suatu pekerjaan yang diucapkan hati yang bersamaan dengan pekerjaannya. Kedudukan niat itu dalam hati dan jika diucapkan hukumnya sunnah karena sifatnya sekedar penolong agar hati dan mulut satu kata.
Sudah menjadi rahasia umum, dimana saja dan kapan saja ada orang melakukan sholat , lalu terdengar dari mulutnya kata “usholli” dapat dipastikan 100% ia adalah orang NU.
Berkenaan dengan hal itu, orang-orang NU bukannya tanpa alas an, mereka memilih “usholli” harus diucapkan lewat mulut disamping hati wajib berniat dengan beberapa alas an :
1. Dalil Pertama
وفى البخارى من حديث عمر سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول وهو في وادى العقيق - أتانى الليلة آت من ربى فقال صل فى هذا الوادى المبارك وقل عمرة فى حجة وهذا تصريح باللفظ - والحكم كما يثبت بالنص يثبت بالقياس
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Umar, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah, ketika itu sedang berada di lembah Aqiq, bersabda “ pada suatu malam, telah datang utusan Tuhanku seraya berkata “ Sholatlah di lembah yang penuh berkah ini dan ucapkan niat umrah dalam haji”. Ini diucapkan secara terang dan jelas, bahwa hukum seperti yang telah ditetapkan dalam nash/teks dan juga ditetapkan oleh qiyas/analogi.
(lihat karangan KH. Sirojuddin Abbas, 40 Masalah Agama, jilid 4, hlm 238)
2. Dalil Kedua
من عزم على المعصية ولم يفعلها أو لم يتلفظ بها لا يأثم لقوله صلى الله عليه وسلم إن الله تجاوز لأمتى ما حدثت به نفوسها ما تتكلم أو تعمل به
Barang siapa berniat berbuat maksiat tapi belum mengerjakannya atau belum mengucapkannya, ia tidak berdosa. Sebab Rasulullah saw bersabda “ Allah memaafkan ummatku selagi hatinya baru berniat, belum diucapkan atau belum dikerjakan”.
(Al Asybah wa an Nazhair, hlm 25)
3. Dalil ketiga
ومن ذلك قول الإمام أبى حنيفة وأحمد إنه يجوز تقديم النية على التكبير بزمان يسير - مع قول مالك والشافعى مقارنتها للتكبير وأنها لا تجزئ قبله ولا بعده - ومع قول القفال إمام الشافعية ربما قارنت النية إبتداء التكبير إنعقدت الصلاة
Berdasarkan hadits diatas juga, Abu Hanifah dan Imam Ahmad berkata :
Sesungguhnya (dalam sholat) boleh mendahulukan niat atas takbir asal
belum lama. Akan tetapi bagi Imam Malik dan Imam Syafi’I mewajibkan
bersamaan antara niat dan takbir, dan tidak sah bila niat mendahului
atau mengakhiri. Tetapi bagi Imam Qoffal (pengikut madzhab Syafi’i),
niat pada awal takbir itu sah hukumnya.
(Al Mizan li Asy Sya’roni, juz I, hlm 148)
Wallahu a’lam bish showab
Link diskusi https://www.facebook.com/photo.php?fbid=296650553704247&set=o.190524617665365&type=3&theater
(Al Mizan li Asy Sya’roni, juz I, hlm 148)
Wallahu a’lam bish showab
Link diskusi https://www.facebook.com/photo.php?fbid=296650553704247&set=o.190524617665365&type=3&theater
0 komentar:
Posting Komentar